Posts Tagged 'iboih inn'

Menikmati Keindahan Iboih – Sabang, Surga di Ujung Barat Indonesia

dari sabang sampai meraukeĀ 

berjajar pulau – pulau..

lagu tadi memang membuat kita sejak kecil sudah akrab dengan Sabang, Satu kota di ujung barat Indonesia tepatnya di pulau weh, provinsi Aceh. Beberapa waktu terakhir daerah ini kembali jadi pusat pemberitaan karena kunjungan Presiden Jokowi, yang meresmikan logo peringatan kemerdekaan ke 70 tahun 2015 tepat di titik kilometer 0 Indonesia. Tapi sebenernya jauh sebelum Presiden datang, kabar tentang eksotisme Sabang memang sudah melegenda. Rasanya kurang kalau cuma lihat eksotisme sabang dari foto atau youtube. Jadi saya pilih untuk menjajal langsung rasanya liburan di Sabang.

Meskipun berada di pulau kecil di ujung barat Indonesia, sebenarnya tidak sulit untuk menjangkau Sabang. Bagi yang ingin praktis, sekarang sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta dan Medan menuju Sabang. Saya sendiri memilih jalur konvensional lewat Banda Aceh. Dari hotel oasis di Banda Aceh tempat kami menginap, saya menuju pelabuhan Ulee Lheu dengan menggunakan becak motor. Tarif becak sendiri rata – rata menuju pelabuhan sekitar antara 30 – 40 ribu, tergantung gimana kita nawarnya.

perjalanan menuju pelabuhan Banda Aceh

perjalanan menuju pelabuhan Banda Aceh

pelabuhan Ulee Lheu , Banda Aceh

pelabuhan Ulee Lheu , Banda Aceh

Ada dua pilihan kapal untuk menuju Sabang. Bisa menggunakan kapal lambat (roro) milik ASDP. Tarifnya 20 ribu per orang, dengan waktu tempuh 2 jam. Atau kita bisa naik kapal cepat dengan waktu tempuh 40 – 45 menit saja. Tarifnya untuk kelas eksekutif 85.000 per orang, dan VIP 105.000 per orang. Ini mirip kapal cepat yang menuju pulau seribu dari marina yang biasa kita pakai. Lalu apa bedanya kelas eksekutif dan VIP? sebenarnya nggak terlalu jauh beda antar keduanya. Kira – kira ini perbedaannya.

EKSEKUTIF:
1. satu baris terdiri dari 4 kursi
2. kursinya kult tapi tanpa pembatas tangan satu sama lain.
3. seperti layaknya kereta ekonomi, banyak tukang jualan yang berseliweran.
4. tidak ada hiburan musik dan dvd
5. AC cukup dingin.
6. Pemandangan keluar susah tampak

VIP:
1. satu baris terdiri dari 3 kursi
2. kursinya kulit agak lebih lapang dan ada pembatas tangan satu sama lain
3. ada dvd musik yang umumnya lagu-lagu dangdut atau pop indonesia.
4. tidak ada tukang jualan.
5. jarak antar baris lebih lapang
6. pemandangan lebih jelas karena berada di dek atas.

keterangan kapal cepat Banda Aceh - sabang

keterangan kapal cepat Banda Aceh – sabang

kantong kresek darurat buat penumpang yang mabuk laut

kantong kresek darurat buat penumpang yang mabuk laut

tiket kapal cepat kelas eksekutif

tiket kapal cepat kelas eksekutif

Untuk keberangkatan ke Sabang, saya pilih untuk beli tiket eksekutif yang berangkat jam 9.30 pagi. Kapal cepat ini cukup nyaman, tanpa ada goncangan – goncangan berarti yang bsa bikin perut mual. Perjalanan sekitar 45 menit tidak terasa sampai akhirnya kita merapat di pelabuhan Balohan Sabang. Akhirnya saya bisa menginjak pulau paling barat republik ini. Sejak di pelabuhan kita sudah diperlihatkan hamparan laut yang sangat jernih.

DSC_8038

DSC_8039

Seperti biasa begitu turun kapal menuju pintu keluar, kita bakal dikerumuni orang yang menawarkan transportasi mulai dari taxi sampai sewa mobil. Lebih baik hiraukan mereka jika anda ingin menyewa motor. Sesuai rencana saya pilih untuk sewa motor aja untuk menuju penginapan di Iboih sambil keliling pulau. Karena begitu keluar pintu pelabuhan sudah terlihat beberapa tempat penyewaan motor. Harga sewa motor perharinya 120 ribu. Kebanyakan motor yang disewakan jenis matic yang cukup boros bensin. Karena cukup jarang ada pom bensin resmi di pulau weh, jadi bagi anda yang baru sewa motor disarankan untuk isi bensin full. Kalau tidak , anda harus isi bensin eceran yang banyak ditemukan di pinggir jalan menuju Iboih, tentu saja dengan harga yang ebih mahal.

saya dan motor sewaan

saya dan motor sewaan

daripada dorong motor, mending selalu penuhin bensin termasuk beli eceran

daripada dorong motor, mending selalu penuhin bensin termasuk beli eceran

Perjalanan dari Balohan (pelabuhan) menuju Iboih memakan waktu sekitar 1 jam. Jangan khawatir bakal tersesat, karena papan penunjuk jalan banyak tersedia. Kalaupun anda tersasar, warga disana cukup ramah kok untuk memberi tahu arah. Ini yang paling berkesan, sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan Sabang yang super indah. Hutan belantara, tebing yang curam , deretan kedai kopi tradisional, dan pemandangan laut dari ketinggian jadi teman perjalanan kita.Jalanan panjang yang mulus dan sepi membuat perjalanan naik motor sangat menyenangkan meskipun terik matahari lumayan menyengat. Benar juga kata orang kalau Sabang itu singkatan dari Santai banget! Saking sepinya jalanan, jangan kaget kalau kita bakal ketemu rombongan sapi atau monyet hutan yang santai di tengah jalan. Kita juga bakal menghadapi banyak ranjau ‘kotoran’ sapi di sepanjang jalan. Jadi hati – hati aja kalau nggak mau ban motor bau tokaiii gegara nginjek tai sapi.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

suasana jalanan yang sepii

awas sapi menghadang

awas sapi menghadang

pemandangan di perjalanan

pemandangan di perjalanan

penunjuk jalan selalu tersedia.. percaya aja deh dari pada kesasar

penunjuk jalan selalu tersedia.. percaya aja deh dari pada kesasar

Setelah menempuh kombinasi jalan yang naik turun, akhirnya kita sampai juga di pantai iboih. Rencananya sih kita mau langsung check in, tapi berhubung waktu check ini yang jam 13,00 masih beberapa jam lagi, kita putusin untuk ngopi sejenak di pinggir pantai dan melanjutkan perjalanan ke tugu kilometer 0 Indonesia. Dari Iboih perjalanan ke titik 0 kilometer nggak begitu jauh. Tapi sayang tugu 0 kilometer sedang direnovasi saat itu. Iya sih, tugu yang lama emang sudah jelek banget dan agak kurang pantas menjadi ikon. Dari design pembangunan yang kita lihat, nantinya tugu ini akan mempunyai tinggi 40 meter yang juga berfungsi sebagai menara mercusuar.

 tugu 0 kilometer Indonesia

tugu 0 kilometer Indonesia

Jadi kita foto – foto sebentar dan makan siang di sana. Saya pilih satu rumah makan yang cukup nyaman dengan bilik kayu dan punya pemandangan langsung ke laut lepas Samudra hindia. Meskipun punya pemandangan yang indah tapi menu yang ditawarkan tidak banyak. Cuma ada Mie Instan atau nasi goreng. Tapi Mie Instan disini sedikit dimodifikasi dengan bumbu rempah khas Aceh. Rumah Makan ini juga dilengkapi jaring pengaman untuk mengantisipasi kedatangan kawann monyet yang memang banyak terdapat pepohonan sekitar rumah makan.

yang penting viewnya bagus..

yang penting viewnya bagus..

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Perut sudah kenyang, sekarang waktunya kembali ke pantai iboih untuk check in. Sesuai rekomendasi kita pilih untuk menginap di resort Iboih inn. Karena jalan kaki dari pantai menuju resort tempat kami menginap cukup jauh, pihak Iboih inn sendiri memberikan kita fasilitas antar jemput memakai perahu motor. oo iya, motor cukup anda
parkirkan di parkiran pantai dengan bayar 10 ribu untuk dua hari.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

hati – hati waktu naik kapal, karena saya sempet jatuh..hehe.. nggak sakit sih, cuma malu aja

pantai tempat kita parkir motor, dan menunggu dijemput pihak hotel

pantai tempat kita parkir motor, dan menunggu dijemput pihak hotel

Menikmati denyut Sabang di Iboih Inn

Bisa dibilang Iboin Inn jadi penginapan paling bagus di Iboih. Lokasinya berada di pinggir ‘hutan’ dengan tebing karang curam yang memisahkan dari laut. Begitu sampai di dermaga privatnya iboih Inn, tanpa harus menyelam kita langsung bisa lihat air laut yang jernih dengan ikan – ikan cantik berenang di dalamnya. Penginapan ini memiliki beberapa tipe kamar. Yang paling favorit adalah kamar tipe DELUXE WATERFRONT dan SEMI WATERFRONT yang lansgung menghadap kelaut. Tapi karena sudah penuh dengan rombongan , saya sendiri dapat kamar tipe DELUXE GARDEN SEA VIEW dengan harga 470 ribu permalam. Kalau lupa bawa uang cash, Iboih Inn juga melayani pembayaran kartu kredit. harga ini udah termasuk sarapan pagi ya. Meskipun agak sedikit naik di atas, tapi kita tetap bisa melihat pemandangan laut yang indah dariĀ teras kamar. Disarankan kalau mau menginap di Iboih Inn , lebih baik reservasi dari jauh hari sebelumnya kalau ingin dapat kamar terbaik.

nb: anda bisa buka website Iboih in untuk keterangan lebih detil http://welcome.iboihinn.com/

Sampai disana kita check in di front desk , merangkap restoran sekaligus tempat kongkow. Karena jalan kaki malam hari menuju restoran di pantai cukup jauh, kita pilih untuk makan malam di hotel. Jadi sejak awal kita langsung pilih menu makan malam apa yang kita mau dan jam berapa mau disajikannya. Sayangnya waktu kita kesana koki andalan Iboih Inn sedang cuti menikah, jadi pilihan makan malamnya cukup terbatas. Kalau beruntung, kita bisa bertemu dan ngobrol dengan ownernya ibu Liza yang ramah.

Kamarnya cukup sederhana namun bersih dan nyaman. kamar mandinya bersih dilengkapi air panas. Karena resort ini berada di pinggir laut, jadi rasa airnya agak asin. Siap siap aja berasa kumur pakai air garam kalau mau gosok gigi. hihi… Kita juga disediakan handuk dan sebuah dispenser air kalau mau minum kopi atau teh panas. Uniknya di setiap tempat tidur terdapat sebuah kelambu penangkal nyamuk.Sempat bingung dengan apa kegunaan benda ini, ternyata baru tahu kalau nyamuk disini lumayan besar dan ganas. Tapi sayangnya aroma kelambu di kamar Ā sudah agak apek, jadi kurang nyaman kalau dipakai. Ā Lebih baik saya sarankan anda untuk bawa lotion penangkal nyamuk seperti autan atau soffel.

Kamar di resort ini memang seperti layaknya bungalow. Terbuat dari kayu dengan tiang – tiang besi sederhana seperti bangunan semi permanen. Setelah ngobrol dengan si pemilik, baru tahu kalau semua bangunan kamar disini dibeli dari sisa rumah penampungan sementara bagi para pengungsi Aceh yang terkena tsunami. Meskipun dibeli dari
sisa rumah sementara korban, tapi bangunan ini cukup kuat karena berasal dari sumbangan lembaga donor asing yang punya standar kualitas baik. Sekaligus kita bisa ngerasain lah gimana jadi pengungsi.

Dan yang menjadi spot favorit saya di kamar adalah tempat tidur gantung yang terbuat dari jaring. Suasana resort pinggir laut benar Ā benar terasa. Apalagi di kamar tidak disediakan TV jadi kita bisa menikmati suasana santai ala pantai.

Sayapun menghabiskan banyak waktu di tempat tidur gantung itu sambil menikmati semilir angin dan suara ombak. Untung saya bawa beberapa kopi sachet ulee kareng dari Banda Aceh yang berguna menambah mood membaca. Kebetulan dari Jakarta saya sudah siapkan sebuah buku tulisan Prof. salim Said yang rencananya akan saya kuliti. Ā Sebelum ke Aceh, buku itu sudah saya baca kira – kira setengah buku. Seperti kesukaan saya, buku ini selain bercerita tentang perjalanan Prof. Salim yang seorang seniman, wartawan, diplomat dan peneliti militer terkemuka, juga menceritakan berbagai peristiwa sejarah Indonesia yang dilewatinya. Mulai dari G 30 S, aksi mahasiswa 66 sampai politik pasca reformsi. Semua tertulis dengan lengkap dan nyaman untuk dibaca. Suasana Iboih yang tenang benar – benar meningkatkan ‘birahi’ membaca saya pada level tertinggi. Alhasil selama semalam saya di sabang, buku setebal 560 halaman ini tuntas habis saya baca.

Kalau bosan di kamar, kita sesekali bisa duduk nongkrong di lobby restoran atau di pinggir dermaga. Karena hanya ada satu tempat nongkrong di resort ini, jadi umumnya tamu – tamu berbaur dan saling mengobrol disini. Ada bule, ada rombongan anak muda ada juga keluarga besar yang menghabiskan waktu untuk diving. Atau kita bisa jalan ke pantai tempat dimana kita parkir motor dengan menyisiri jalan setapak di antara hutan iboih. jalannya sih lumayan capek dan naik turun untuk bisa sampai ke pantai. thats why kenapa kita difasilitasi antar jemput naik perahu. Di pantai kita bisa menikmati banyak jajanan khas pinggir pantai , seperti gorengan , donnut kampung goreng , kelapa muda, rujak aceh dan yang khas adalah syrup kurnia yang cuma ada di Sumatera bagian utara. Sebaiknya anda tanya dulu harga makananya sebelum memesan, kalau tidak mau kena
‘getok’ harga.

dermaga Iboih Inn

dermaga Iboih Inn

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

suasana kamar twin bed , garden sea view

suasana kamar twin bed , garden sea view

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

kamar saya

membaca di kala senja

membaca dan menyeruput kopi

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA05282bf03eeaa7

Jam 8 malam kita dan tamu lainnya berkumpul di restoran untuk makan malam dengan menu yang sudah dipesan sejak sore. Lagi – lagi karena tidak ada koki yang biasa masak, pegawai hotel minta kita memaklumi masakan yang dibuat sendiri oleh ibu Liza. Menu yang kami pesan antara lain Ikan tuna saos Iboih, calamary dan capcay. Secara
umum masakannya lumayan enak. ikan bumbu saos iboihnya enak sekali. saos Iboih itu sepeti campuran bumbu ikan bakar pedas seperti ikan bakar babe Lili di jakarta.

Rasanya manis, gurih campur rasa pedas yang tidak terlalu menyengat. Sayang saya kurang begitu suka ikan tuna, jadi saos Iboihnya banyak membantu meningkatkan selera makan. Cumi goreng calamarynya enak. cuminya empuk, dan tepung bumbunya nggak keras kaya kerikil. pokonya perfect. Nahh yang agak mengecewakan ya capcaynya yang lebih
mirip oseng – oseng wortel , dan brokoli tanpa rasa apalagi kuah kental. Untuk 3 menu itu yang harus dibayar lumayan mahal sekitar 164 ribu.

Sehabis makan banyak tamu yang tetap bertahan di restoran sambil minum beer, buka laptop atau sekedar ngobrol satu sama lain. Karena cuma disinilah kita bisa mengakses wifi gratis. Kalo saya sih pilih ngelanjutin baca buku di restoran dengan alunan lagu jazzy tunes yang diputar lewat pengeras suara. sekitar jam 10 malam , kita
kembali ke kamar karena besok pagi berencana untuk snorkling di depan hotel.

Ikan Tuna Saos Iboih

Ikan Tuna Saos Iboih

calamary

calamary

Sesuai rencana, mata sudah melek sekitar jam 6 pagi. setelah bersih – bersih, trus kita nongkrong ditemani secangkir kopi di bibir dermaga Iboih inn sambil menunggu semburat matahari yang muncul dari ufuk timur. Cahaya yang melewati sela – sela pohon di pulau rubiah yang ada di seberang, kemudian memantul di air laut yang super jernih menjadi pemandangan yang menakjubkan. Segala ketegangan kerjaan rasanya hilang begitu saja.

Sekitar jam 7 pagi, para tamu sudah kembali kumpul di restoran untuk sarapan. Menu sarapannya sederhana namun variatif. Ada bihun goreng plus telur dadar, roti dan pancake pisang, tentu saja dengan teh dan kopi. Lagi – lagi dengan alunan musik Jazzy Tunes yang diputar , suasana deburan ombak, dan kapal yang lalu lalang membuat
saya mengurungkan niat untuk nyebur snorkling. Suasana kaya gini memang langka banget, jadi saya putuskan untuk melanjutkan baca buku. Toh tanpa harus nyebur kita sudah bisa lihat karang dan ikan – ikan cantik berenang dari permukaan. Nggak terasa buku tebal itu akhirnya bisa ludes saya baca pagi itu. Jam 11 kami check out dan
kembali ke pantai dengan diantar perahu motor.

semburat mentari pagi di iboih

semburat mentari pagi di iboih

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

suasana sarapan pagi di restoran merangkap front desk dan tempat kongkow

suasana sarapan pagi di restoran merangkap front desk dan tempat kongkow

pemandangan tepat di depan ermaga iboih inn

pemandangan tepat di depan ermaga iboih inn

jernihnya lua biasa

jernihnya lua biasa

Sebelum kembali ke pelabuhan, kita akan ke kota untuk makan siang dan cari oleh – oleh andalan Sabang yaitu bakpia AG. AG sendiri dingkatan dari A Guan. Bakpia AG sabang sebenarnya punya rasa yang mirip dengan bakpia pathok di Jogja. Entah kenapa saya lebih suka bakpia sabang karena tekstur kacang hijaunya yang agak lebih kasar. Kita beli di salah satu toko makanan di daerah pecinan kota Sabang. Sekitar 35 menit perjalanan dari Iboih. Untuk makan siang, kita cari kedai kopi yang juga ada menu mie acehnya. Saya pesan kopi Sanger alias kopi susu yang disaring, dan Mie Aceh Goreng. Nggak disangka Mie Aceh di kedai yang biasa ini jauh lebih enak dari Mie Razali Banda Aceh yang terkenal itu.

bakpia AG

bakpia AG

mie aceh goreng daging

mie aceh goreng daging

Kopi Sanger alias Kopi susu tarik panas jadi pilihan..

Kopi Sanger alias Kopi susu tarik panas jadi pilihan..

Perut sudah kenyang, sekarang watunya kembali ke Banda Aceh. Tadinya sempat terlintas untuk mencoba naik kapal lambat ASDP mengingat bisa menghemat bujet. Tapi justru akhirnya kita balik ke Banda Aceh dengan kapal cepat kelas VIP seharga 110 ribu perorang. Nggak jadi ngirit. tapi ini memang waktunya untuk sekali kali memanjakan diri dengan segala pesona Sabang. Sebuah titik istimewa di barat Republik ini. Dengan perencanaan yang matang, dijamin perjalanan anda ke Sabang bakal berjalan menyenangkan. Saya janji pasti suatu saat nanti bakal kembali kesana.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

peta-sabang-2


"I'm the master of my faith, I'm the captain of my soul" - President Mandela

Budi Adiputro

Flickr Orang Biasa